Pesan Natal Bersama PGI - KWI 2012
10 Desember 2012 13:01
ALLAH TELAH MENGASIHI KITA
(bdk. 1 Yoh 4:19)
Saudara-saudari terkasih,
Setiap
merayakan Natal, pandangan kita selalu terarah kepada bayi yang lahir
dalam kesederhanaan, namun menyimpan misteri kasih yang tak terhingga.
Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Inilah perayaan penuh
sukacita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat yang menjadi
manusia lemah dan miskin, agar kita yang miskin ini dapat ambil bagian
dalam kekayaan keallahan-Nya. Maka pada perayaan kelahiran Yesus Kristus
ini, baiklah kita merenungkan kasih Allah itu dan menegaskan apa yang
harus kita lakukan untuk hidup sebagai orang-orang yang percaya
kepada-Nya.
Kasih Allah Bagi Semua Manusia
Allah
mengasihi semua manusia. Kasih-Nya yang besar kepada manusia itu
diwujudkan dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia. Anak itu
dikandung oleh seorang perawan, bernama Maria. Kelahiran-Nya membawa
sukacita bagi banyak orang. Warta gembira itu diserukan oleh malaikat
Allah: "sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,
Tuhan, di kota Daud" (Luk 2:10-11). Tanda sukacita itu nyata dalam diri
seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan
sebagai wujud kesederhanaan dan kesahajaan.
Kasih Allah itu
disambut dengan gembira oleh para gembala yang bergegas pergi ke
Betlehem untuk menjumpai bayi itu seperti diwartakan oleh malaikat
Allah. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang-orang majus dari Timur.
Mereka mencari kanak-kanak Yesus dengan mengikuti bimbingan bintang.
Setelah menemukan tempat yang dicarinya, "masuklah mereka ke dalam rumah
itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah
Dia" (Mat 2:11a).
Begitulah bayi kudus itu semakin menjadi
besar dalam didikan kasih kedua orangtua-Nya. Dia "makin bertambah besar
dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah
dan manusia" (Luk 2:52).
Kasih Allah Tanpa Syarat
Allah
adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8.16b). Seluruh aktivitas Allah adalah
tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. Ia
mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak menuntut syarat apa pun
dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia mengasihi orang benar
maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas dari kasih-Nya.
Demikianlah, Allah Bapa di surga, "menerbitkan matahari bagi orang yang
jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan
orang yang tidak benar" (Mat 5:45).
Semua orang telah berdosa
dan dosa membuat manusia terpisah dari Allah. Akibatnya, manusia
kehilangan kemuliaannya sebagai anak Allah (Rm 3:23) dan tidak layak
untuk tinggal bersama Allah. Hukuman yang harus diterima oleh orang
berdosa adalah terpisah dari Allah, "sebab upah dosa adalah maut" (Rm
6:23).
Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan agar kita
dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh Allah. Yesus
pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat
semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan
memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya, "Tidak
ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan
nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yoh 15:13). Demikianlah Allah "telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" dan Ia
telah "mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia" (Yoh 3:16-17).
Jelas
bahwa "bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah
mengasihi kita" (1Yoh 4:10). Allah tidak menunggu manusia mengasihi
diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka. Ia mengasihi manusia
walaupun manusia berdosa dan Kristus sendiri mati ketika manusia masih
berdosa (Rm 5:8). Yesus datang ke dalam dunia dan hidup di tengah
manusia bukan karena manusia itu baik. Sebaliknya, Ia rela meninggalkan
kemuliaan surgawi dan mengurbankan diri-Nya justru karena manusia
berdosa dan tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan dosa. Semua ini
dilakukan-Nya semata-mata karena Ia menghendaki kebaikan dan kebahagiaan
manusia. Allah menghendaki manusia hidup bahagia dalam kemuliaan abadi
bersama Dia.
Mengasihi seperti Allah
Kehadiran
Kristus sebagai manusia di dalam dunia ini mengajak kita untuk
mengasihi seperti Allah. Sabda menjadi manusia untuk menjadi teladan
kita dalam mengasihi. Seperti Allah yang menyatakan kasih-Nya dalam diri
Kristus, kita diingatkan untuk mengasihi sesama semata-mata karena kita
menginginkan orang lain bahagia. Hal ini juga berarti bahwa kita diajak
untuk mengasihi sesama tanpa membuat pembedaan, walaupun mereka tidak
berlaku seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita berlaku seperti
Allah dan menjadi anak-anak Allah.
Hanya orang yang membuka hati
dan menyadari kasih Allah akan dapat mengasihi Allah dan sesama. Jika
orang mengatakan bahwa ia mengasihi Allah tetapi membenci saudaranya, ia
berdusta karena tidak mungkin mencintai Allah yang tidak kelihatan
tanpa mencintai sesama yang kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia
harus juga mengasihi saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling
mengasihi ini adalah kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang
diajak untuk mengasihi sesamanya.
Dalam terang kasih itu, kami
mengajak Saudara-saudari untuk menanggapi kasih Allah dengan bertobat
dan sungguh-sungguh mewujudkan kasih dengan memperhatikan beberapa hal
penting berikut ini:
Pertama, Allah menciptakan alam
semesta ini baik adanya dan menyerahkan pemeliharaan serta
pemanfaatannya secara bertanggungjawab kepada manusia. Perilaku tidak
bertanggungjawab terhadap alam ciptaan akan menyengsarakan bukan hanya
kita yang hidup saat ini, tetapi terlebih generasi yang akan datang.
Maka kita dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya
dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.
Kedua,
melibatkan diri dalam berbagai usaha baik yang dilakukan untuk
mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti konflik
kemanusiaan, menguatnya sikap intoleran, dan perilaku serta tindakan
yang menjauhkan semangat persaudaraan sebagai sesama warga bangsa.
Ketiga,
melalui jabatan, pekerjaan dan tempat kita masing-masing dalam
masyarakat, kita ikut sepenuhnya dalam semua usaha yang bertujuan
memerangi kemiskinan jasmani maupun rohani. Demikian juga kita
melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Salah
satu caranya adalah mengembangkan semangat hidup sederhana dan berlaku
jujur.
Keempat, melibatkan diri dalam menjawab
keprihatinan bersama terkait dengan lemahnya penegakan hukum. Hal itu
bisa kita mulai dari diri kita sendiri dengan menjadi warga negara yang
taat kepada hukum dan yang menghormati setiap proses hukum seraya terus
mendorong ditegakkannya hukum demi keadilan dan kebaikan seluruh warga
bangsa.
Saudara-saudari terkasih,
Allah yang
menyatakan kebesaran kasih-Nya melalui Yesus Kristus yang dilahirkan di
kandang Betlehem akan menyertai serta memberkati usaha kita semua dalam
memberi wujud pada kasih-Nya itu. Semoga kasih Allah yang kita alami dan
kita rayakan pada Natal ini mendorong kita untuk semakin giat berbuat
kasih.
Selamat Natal 2012 dan Selamat Tahun Baru 2013. Berkat Tuhan melimpah kepada kita.
Jakarta, 20 November 2012
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI), INDONESIA (KWI),
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe Mgr. I. Suharyo
Ketua Umum Ketua
Pdt. Gomar Gultom, M.Th. Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Umum Sekretaris Jendral