“Datanglah, ya Raja Damai” (Bdk. Yes. 9:5)
Saudara-saudari terkasih, segenap umat Kristiani Indonesia,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus Kristus.
1. Kita kembali merayakan Natal, peringatan kelahiran Yesus Kristus
Sang Juruselamat di dunia. Perayaan kedatangan-Nya selalu menghadirkan
kehangatan dan pengharapan Natal bagi segenap umat manusia, khususnya
bagi umat Kristiani di Indonesia. Dalam peringatan ini kita menghayati
kembali peristiwa kelahiran Yesus Kristus yang diwarta
kan oleh para
Malaikat dengan gegap gempita kepada para gembala di padang Efrata,
komunitas sederhana dan terpinggirkan pada jamannya (bdk. Luk. 2:8-12).
Selayaknya, penyampaian kabar gembira itu tetap menggema dalam kehidupan
kita sampai saat ini, dalam keadaan apapun dan dalam situasi
bagaimanapun.
Tema Natal bersama PGI dan KWI kali ini diilhami suatu ayat dalam Kitab Nabi Yesaya 9:5 “Sebab
seorang anak telah lahir untuk kita; seorang putera telah diberikan
untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya
disebutkan orang; Penasehat Ajaib, Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal,
Raja Damai”.
Kekuatan pesan sang nabi tentang kedatangan Mesias dibuktikan dari
empat gelar yang dijabarkan dalam nubuat tersebut, yaitu: 1). Mesias
disebut “Penasihat Ajaib”, karena Dia sendiri akan menjadi keajaiban
adikodrati yang membawakan hikmat sempurna dan karenanya, menyingkapkan
rencana keselamatan yang sempurna. 2). Dia digelari “Allah yang
Perkasa”, karena dalam Diri-Nya seluruh kepenuhan keallahan akan berdiam
secara jasmaniah (bdk. Kol. 2:9, bdk. Yoh. 1:1.14). 3). Disebut “Bapa
yang Kekal” karena Mesias datang bukan hanya memperkenalkan Bapa
Sorgawi, tetapi Ia sendiri akan bertindak terhadap umat-Nya secara kekal
bagaikan seorang Bapa yang penuh dengan belas kasihan, melindungi dan
memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya (Bdk. Mzm. 103:3). 4). Raja Damai,
karena pemerintahan-Nya akan membawa damai dengan bagi umat manusia
melalui pembebasan dari dosa dan kematian (bdk. Rm. 5:1; 8:2). 2.
2. Seiring dengan semangat dan tema Natal tahun ini, kita menyadari
bahwa Natal kali ini tetap masih kita rayakan dalam suasana keprihatinan
untuk beberapa situasi dan kondisi bangsa kita. Kita bersyukur bahwa
Konstitusi Indonesia menjamin kebebasan beragama. Namun, dalam praktek
kehidupan berbangsa dan bernegara, kita masih merasakan adanya
tindakan-tindakan intoleran yang mengancam kerukunan, dengan
dihembuskannya isu mayoritas dan minoritas di tengah-tengah masyarakat
oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan kekuasaan. Tindakan intoleran
ini secara sistematis hadir dalam berbagai bentuknya.
Selain itu, di depan mata kita juga tampak perusakan alam melalui
cara-cara hidup keseharian yang tidak mengindahkan kelestarian
lingkungan seperti kurang peduli terhadap sampah, polusi, dan lingkungan
hijau, maupun dalam bentuk eksploitasi besar-besaran terhadap alam
melalui proyek-proyek yang merusak lingkungan.
Hal yang juga masih terus mencemaskan kita adalah kejahatan korupsi
yang semakin menggurita. Usaha pemberantasan sudah dilakukan dengan
tegas dan tidak pandang bulu, tetapi tindakan korupsi yang meliputi
perputaran uang dalam jumlah yang sangat besar masih terus terjadi.
Hal lain yang juga memprihatinkan adalah lemahnya integritas para
pemimpin bangsa. Bahkan dapat dikatakan bahwa integritas moral para
pemimpin bangsa ini kian hari kian merosot. Disiplin, kinerja, komitmen
dan keberpihakan kepada kepentingan rakyat digerus oleh kepentingan
politik kekuasaan. Namun demikian, kita bersyukur karena Tuhan masih
menghadirkan beberapa figur pemimpin yang patut dijadikan teladan.
Kenyataan ini memberi secercah kesegaran di tengah dahaga dan kecewa
rakyat atas realitas kepemimpinan yang ada di depan mata. 3. Karena itu,
Gema tema Natal 2013 “Datanglah, Ya raja Damai” menjadi sangat relevan.
Nubuat Nabi Yesaya sungguh memiliki kekuatan dalam ungkapannya. Seruan
ini mengungkapkan sebuah doa permohonan dan sekaligus harapan akan
datangnya sang pembawa damai dan penegak keadilan (bdk. “Penasihat
Ajaib”).
Doa ini dikumandangkan berangkat dari kesadaran bahwa dalam situasi
apapun, pada akhirnya “Allah yang perkasa, Bapa yang Kekal,” Dialah
yang memiliki otoritas atas dunia ciptaan-Nya. Dengan demikian,
semangat Natal adalah semangat merefleksikan kembali arti Kristus yang
sudah lahir bagi kita, yang telah menyatakan karya keadilan dan
perdamaian dunia, dan karenanya pada saat yang sama, umat berkomitmen
untuk mewujudkan kembali karya itu, yaitu karya perdamaian di tengah
konteks kita. Tema ini sekaligus mengacu pada pengharapan akan kehidupan
kekal melalui kedatangan-Nya yang kedua kali sebagai Hakim yang Adil.
Semangat tema ini sejalan dengan tekad Gereja-gereja sedunia yang ingin
menegakkan keadilan, sebab kedamaian sejati tidak akan menjadi nyata
tanpa penegakan keadilan.
3. Karena itu, dalam pesan Natal bersama kami tahun ini, kami hendak
menggarisbawahi semangat Kedatangan Kristus tersebut dengan sekali lagi
mendorong Gereja-gereja dan seluruh umat Kristiani di Indonesia untuk
tidak jemu-jemu menjadi agen-agen pembawa damai di mana pun berada dan
berkarya. Hal itu dapat kita wujudkan antara lain dengan:
a). Terus mendukung upaya-upaya penegakkan keadilan, baik di
lingkungan kita maupun dalam lingkup yang lebih luas. Hendaklah kita
menjadi pribadi-pribadi yang adil dan bertanggung jawab, baik dalam
lingkungan keluarga, pekerjaan, gereja, masyarakat dan di mana pun Allah
mempercayakan diri kita berkarya. Penegakkan keadilan, niscaya diikuti
oleh sikap hidup yang berintegritas, disiplin, jujur dan cinta damai.
b). Terus memberi perhatian serius terhadap upaya-upaya pemeliharaan,
pelestarian dan pemulihan lingkungan. Mulailah dari sikap diri yang
peduli terhadap kebersihan dan keindahan alam di sekitar kita,
penghematan pemakaian sumber daya yang tidak terbarukan, serta bersikap
kritis terhadap berbagai bentuk kegiatan yang bertolak belakang dengan
semangat pelestarian lingkungan. Dengan demikian kita juga berperan
dalam memberikan keadilan dan perdamaian terhadap lingkungan serta
generasi penerus kita.
c). Semangat cinta damai dan hidup rukun menjadi dasar yang kokoh dan
modal yang sangat penting untuk menghadapi agenda besar bangsa kita,
yaitu Pemilu legislatif maupun Pemilu Presiden-Wakil Presiden tahun 2014
yang akan datang.
Saudara-saudara terkasih,
Marilah kita menyambut kedatangan-Nya sambil terus mendaraskan doa Santo Fransiskus dari Asisi ini:
Tuhan, Jadikanlah aku pembawa damai, Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku sumber kegembiraan,
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang,
Tuhan semoga aku lebih ingin menghibur daripada dihibur,
Memahami dari pada dipahami, mencintai dari pada dicintai,
Sebab dengan memberi aku menerima
Dengan mengampuni aku diampuni
Dengan mati suci aku bangkit lagi, untuk hidup selama-lamanya. Amin
SELAMAT NATAL 2013 DAN TAHUN BARU 2014
Jakarta, 18 November 2013
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
Pdt. Dr. A. A. Yewangoe (Ketua Umum)
Pdt. Gomar Gultom, M.Th. (Sekretaris Umum)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA
Mgr Ignatius Suharyo (Ketua Umum)
Mgr J. M. Pujasumarta (Sekretaris Jenderal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar