Search by Google

PROMOSI

Senin, 25 Februari 2013

RAPAT PANITIA PASKAH 2013


Senin 25 Pebruari 2013, bertempat di Aula Paroki, telah berlangsung Rapat Panitia Pleno dengan agenda utama persiapan memasuki Pekan Suci 2013. Rapat dipimpin oleh Evie Paternus, ketua panitia, ditemani Recky Bobby Wijaja, wakil ketua serta Fadly, bendahara panitia. Rapat yang dimulai pada pukul 19.10 dibuka dengan kata pengantar oleh Evie Paternus serta doa pembukaan oleh Ibu Suroso dihadiri 27 orang yang terdiri dari beberapa suster JMJ, pengurus rukun dan stasi serta seksi-seki panitia dan Depas. Karena Pastor Paroki sedang mengadakan kunjungan ke stasi-stasi dalam rangka pendalaman APP, maka pastor berhalangan untuk ikut hadir.
Beberapa hal penting yang dihasilkan dari pertemuan ini:

  1. Minggu Palma, 24 Maret 2013, perayaan dimulai pada pukul 08.00 dalam nuansa adat Toraja dan petugas dari Stasi Anduonohu. Gladi dilaksanakan pada hari Sabtu, 23 Maret 2013 Pukul 15.00. Misa Sabtu 23 Maret 2013 ditiadakan.
  2. Kamis Putih, 28 Maret 2013 perayaan dimulai pada pukul 19.00 dalam nuansa adat Nusa Tenggara Timur. Gladi dilaksanakan pada hari Minggu 24 Maret 2013 Pukul 15.00.
  3. Jumat Agung, 29 Maret 2013 terdiri atas Jalan Salib yang dilaksanakan pada pukul 08.00 serta perayaan Jumat Agung pada pukul 15.00 dalam nuansa tradisi nasional. Gladi dilaksanakan pada hari Selasa 26 Maret 2013 pukul 17.00. Untuk perayaan Jumat Agung ini, kepada umat dihimbau untuk dapat mengenakan pakaian kedukaan sesuai dengan adat dan tradisi masing-masing (misalnya untuk Toraja dan Flores pakaian berkabung hitam dan untuk Tiong Hoa, putih).
  4. Sabtu Suci, 30 Maret 2013 perayaan dimulai pada pukul 19.00 dalam nuansa adat Sulawesi-Utara. Dalam perayaan juga akan memakai musik kolintang. Gladi dilaksanakan pada hari Rabu, 27 Maret 2013 Pukul 17.00.
  5. Minggu Paskah, 31 Maret 2013 perayaan dimulai pada pukul 08.00 dengan koordinator dari SEKAMI dan REFRANXA.

Beberapa tambahan pengaturan:
  1. Pemantapan koor sesuai adat masing-masing di Gereja:
  • Toraja pada hari Senin 18 Maret dan Rabu 20 Maret 2013 Pukul 18.00
  • Nusa Tenggara Timur pada hari Selasa 19 Maret dan Kamis 21 Maret 2013 Pukul 19.00
  • Sulawesi Utara sesuai dengan jadwal Paduan Suara Santa Sisilia
  1. Untuk kebersihan gereja setelah perayaan adalah:
  • Minggu Palma Rukun Yohanes Pembaptis
  • Kamis Putih Rukun Santa Monika
  • Jumat Agung OMK
  • Sabtu Suci Rukun Santo Josep bersama Rukun Santo Stefanus
  • Minggu Paskah Rukun Regna Rosari
  1. Perparkiran ditangani oleh OMK
  2. Disepakati juga bahwa SEKAMI akan mengadakan penjualan Telur Paskah kepada umat
  3. Pada Sabtu Suci / Malam Paskah akan disiapkan konsumsi buat semua umat yang hadir
  4. Lilin Paskah disiapkan oleh Panitia
  5. Rukun / Kellompok Kategorial dapat mengadakan penjualan makanan/minuman kecuali pada Jumat Agung dan Sabtu Suci (Malam Paskah)
  6. Saldo Kas Panitia hingga tanggal 25 Pebruari 2013 adalah Rp. 6.978. 945,-. Karena jumlah ini mungkin belum mencukupi kebutuhan perayaan secara menyeluruh, maka bagi umat yang ingin berpartisipasi dan menyumbang dapat menghubungi panitia.

Demikian poin-poin penting dari rapat pleno Panitia Paskah 2013. Rapat ditutup pada pukul 21.45 dengan doa oleh Recky Boby Wijaya. Foto-foto dapat dilihat di sini.

Jumat, 22 Februari 2013

KOMUNI PERTAMA dan KRISMA

Sehubungan dengan rencana Penerimaan KOMUNI PERTAMA dan KRISMA, maka dibuka Pendaftaran bagi Siswa/i atau Dewasa di Sekretariat Paroki setiap jam kerja.

Persyaratan:
Untuk Komuni Pertama, mulai dari usia Kelas 5 SD dengan membawa Surat Baptis

Untuk KRISMA, Membawa Surat Baptis TERBARU, sudah menerima Komuni Pertama dan Dewasa

IBADAT TOBAT

Selama Masa Pra Paskah TIDAK ADA Ibadat Tobat secara khusus. Barangsiapa membutuhkan Pelayanan Sakramen Tobat Pribadi, silahkan menghubungi Pastor Paroki di HP. 081343390099. Pelayanan terbuka SETIAP HARI: Pukul 08.00 - 12.00 dan Pukul 16.00 - 21.00, kecuali bila Pastor Paroki berkunjung ke Stasi (Lihat Jadwal kunjungan stasi di sini)

JADWAL PAROKI MINGGU INI

Minggu, 24 Pebruari 2013
Pukul 09.00 (Setelah Misa) : Pertunjukan Barongsay di Halaman Gereja
Pukul 16.00 : Senam bersama di Aula Paroki
Pukul 19.00 : PENDALAMAN IMAN APP di Aula Paroki

Senin, 25 Pebruari 2013 Pukul 19.00 : Rapat Pleno Panitia Pekan Suci 2013

Selasa 26 Pebruari 2013
Pukul 17.00 : Rapat Legio Maria di Aula Lantai II
Pukul 19.00 : Doa Rukun Santa Monica

Kamis 28 Pebruari 2013 Pukul 19.00 : Doa Jam Suci di Ruang Doa

Jumat 1 Maret 2013
Pukul 15.00 : Doa Jam 3 Kerahiman dan Koronka di Gereja
Pukul 16.00 : Pertemuan dan latihan Putra-Putri Altar (PPA)
Pukul 18.00 : Jalan Salib dan Misa Jumat Pertama

Jumat, 15 Februari 2013

JADWAL PRAPASKAH & PASKAH 2013


JADWAL SAFARI PRAPASKAH DAN KUNJUNGAN PELAYANAN PASKAH 2013

PRAPASKAH

Kamis 21 Pebruari 2013 Pukul 18.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi DKB 1

Jumat 22 Pebruari 2013 Pukul 09.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi Baito

Senin 25 Pebruari 2013 Pukul 18.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi Lapoa

Selasa 26 Pebruari 2013 Pukul 16.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi Rumbia

Rabu 27 Pebruari 2013 Pukul 09.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi SP 1

Kamis 28 Pebruari 2013 Pukul 18.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi DKB 5

Senin 4 Maret 2013 Pukul 10.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi Tanea

Senin 4 Maret 2013 Pukul 18.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaaan Ekaristi PraPaskah di Stasi Punggaluku

Rabu 6 Maret 2013 Pukul 09.00 : Pendalaman Iman APP dan Perayaan Ekaristi PraPaskah di Stasi Moramo

Selasa 19 Maret 2013 Pukul 18.30 : Perayaan Ekaristi Pesta Pelindung Rukun Santo Yoseph

PEKAN SUCI

Minggu 24 Maret 2013 Pukul 08.00 : Perayaan Ekaristi MINGGU PALMA disatukan di Gereja Pusat. Tidak ada perayaan di stasi-stasi. Diharapkan seluruh umat bergabung.

Kamis 28 Maret 2013 Pukul 19.00 : Perayaan Ekaristi KAMIS PUTIH disatukan di Gereja Pusat. Tidak ada perayaan di stasi-stasi. Diharapkan seluruh umat bergabung.

Jumat 29 Maret 2013 Pukul 08.00 : Ibadat Jalan Salib. Stasi-stasi diharapkan melaksanakan Jalan Salib masing-masing.

Jumat 29 Maret 2013 Pukul 15.00 : Perayaan Ekaristi JUMAT AGUNG disatukan di Gereja Pusat. Tidak ada perayaan di stasi-stasi. Diharapkan seluruh umat bergabung.

Sabtu 30 Maret 2013 Pukul 19.00 : Perayaan Ekaristi MALAM PASKAH disatukan di Gereja Pusat. Tidak ada perayaan di stasi-stasi. Diharapkan seluruh umat bergabung.

Minggu 31 Maret 2013 Pukul 08.00 : Perayaan Ekaristi HARI RAYA PASKAH disatukan di Gereja Pusat. Tidak ada perayaan di stasi-stasi. Diharapkan seluruh umat bergabung.

PASKAH

Selasa 2 April 2013 Pukul 10.00 : Perayaan Ekaristi PASKAH untuk Wilayah di Stasi Rumbia. Diharapkan kehadiran umat Stasi Rumbia, Lapoa dan DKB 5

Rabu 3 April 2013 Pukul 10.00 : Perayaan Ekaristi PASKAH untuk Wilayah di Stasi Baito. Diharapkan kehadiran umat Stasi Baito, Punggaluku dan DKB 1

Kamis 4 April 2013 Pukul 10.00 : Perayaan Ekaristi PASKAH di Stasi Tanea

Jumat 5 April 2013 Pukul 09.00 : Perayaan Ekaristi PASKAH di Stasi Moramo

Sabtu 6 April 2013 Pukul 18.30 : Perayaan Ekaristi PASKAH di Stasi Wawo Indah (Wowonii)

KETERANGAN:

  1. Safari PraPaskah dikhususkan untuk Pendalaman APP
  2. Dalam kunjungan tidak diadakan pelayanan khusus penerimaan Sakramen Tobat. Namun jika ada umat yang membutuhkan Sakramen Tobat, dapat menghubungi Pastor saat kunjungan
  3. Semua Stasi diharapkan secara rutin mengadakan Ibadat Jalan Salib setiap hari Jumat dalam masa PraPaskah
  4. Pengumpulan Aksi Puasa Pembangunan (APP) mohon digalakkan di setiap Stasi
  5. Stasi-stasi yang menjadi lokasi Perayaan Peringatan PASKAH, harap melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya, baik dalam hal petugas liturgi, dekorasi gereja maupun dalam hal-hal lain terkait perayaan tersebut
  6. Para pengurus Stasi doharapkan segera berkoordinasi dengan pemerintah serta petugas keamanan setempat


Rabu, 13 Februari 2013

RABU ABU 2013


Bekerja bernilai Ilahi sekaligus manusiawi”. Demikian inti dari homili P. Marthin Solon Pr dalam Misa Rabu Abu 2013 yang diadakan di Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus Xaverius Sadohoa Kendari pada hari Rabu 13 Pebruari 2013. Dimulai pada pukul 18.30, perayaan berlangsung khidmat dengan dipimpin oleh P. Marthin Solon Pr – pastor paroki – didampingi P. Samson Bureny Pr. Tema ini sekaligus merupakan tema dari Aksi Puasa Pembangunan (APP) Keuskupan Agung Makassar tahun 2013.

Pastor meminta umat untuk merenungkan pilihan dalam hidup dan kerja sebagai satu anugerah yang patut disyukuri. Dalam masa PraPaskah ini, pastor meminta kepada para pekerja untuk dapat menjalankan tugasnya dengan rasa syukur dan bagi yang memperkerjakan untuk bersyukur atas bantuan dari mereka yang bekerja untuk mereka. “Bagaimana jika kita tidak memiliki pekerjaan atau bagaimana jika tidak ada yang membantu kita dalam mengerjakan tanggung-jawab kehidupan kita” tanya pastor.

Setelah pemberian tanda abu, Misa dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi.Gambar dapat dilihat di sini.

Selasa, 12 Februari 2013

TEMA APP 2013 KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR



PESAN PAUS BENEDIKTUS XVI UNTUK MASA PRAPASKAH 2013


"Percaya dalam amal membangkitkan amal"
Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16)

Saudara dan saudariku terkasih,
Perayaan Prapaskah, dalam konteks Tahun Iman, menawarkan kita kesempatan berharga untuk merenungkan hubungan antara iman dan amal : antara percaya dalam Allah - Allah dari Yesus Kristus - dan amal, yang merupakan buah dari Roh Kudus dan yang menuntun kita di jalan pengabdian kepada Allah dan sesama.

1. Iman sebagai tanggapan terhadap kasih Allah
Dalam Ensiklik pertama saya, saya menawarkan beberapa pemikiran tentang hubungan erat antara keutamaan iman dan amal kasih secara teologis. Berangkat dari pernyataan tegas yang mendasar dari Santo Yohanes: “Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita” (1 Yoh 4:16), saya mengamati bahwa "menjadi Kristiani bukanlah hasil dari pilihan etis atau gagasan luhur, tetapi perjumpaan dengan suatu peristiwa, seseorang, yang memberi kehidupan suatu cakrawala baru dan suatu arah yang pasti ... Karena Allah telah lebih dulu mengasihi kita (bdk. 1 Yoh 4:10), kasih kini tidak lagi menjadi 'perintah' belaka; kasih adalah tanggapan terhadap karunia kasih yang dengannya Allah mendekat kepada kita" (Deus Caritas Est, 1). Iman ini merupakan ketaatan pribadi - yang melibatkan seluruh pancaindera kita – bagi pernyataan kasih Allah yang tanpa syarat dan "penuh gairah" bagi kita, sepenuhnya terungkap dalam Yesus Kristus. Perjumpaan dengan Allah yang adalah Kasih melibatkan tidak hanya batin tapi juga akal budi: "Pengakuan akan Allah yang hidup adalah salah satu jalan menuju kasih, dan 'ya' dari kehendak kita terhadap kehendak-Nya menyatukan akal budi, kehendak dan perasaan kita dalam seluruh pelukan tindakan kasih. Tetapi proses ini selalu akhir yang terbuka; kasih tidak pernah 'selesai' dan lengkap"( Deus Caritas Est, 17). Oleh karena itu, untuk semua orang Kristiani, dan terutama untuk "pekerja amal", ada kebutuhan untuk iman, untuk "supaya perjumpaan dengan Allah di dalam Kristus yang membangkitkan kasih mereka dan membuka jiwa mereka bagi orang lain. Akibatnya, sehingga boleh dikatakan, kasih kepada sesama tidak akan lagi bagi mereka perintah yang dibebankan dari luar, melainkan suatu konsekuensi yang berasal dari iman mereka, iman yang menjadi aktif melalui kasih "(Deus Caritas Est, 31a). Orang-orang Kristiani adalah orang-orang yang telah ditaklukkan oleh kasih Kristus dan oleh karena itu, di bawah pengaruh kasih itu - "Caritas Christi urget nos" (2 Kor 5:14) - mereka amatlah terbuka untuk mengasihi sesama mereka dengan cara nyata (bdk. Deus Caritas Est, 33).

Sikap ini muncul terutama dari kesadaran dikasihi, diampuni, dan bahkan dilayani oleh Tuhan, yang membungkuk untuk mencuci kaki para Rasul dan memberikan diri-Nya di kayu Salib untuk menarik umat manusia ke dalam kasih Allah.

Iman mengatakan kepada kita bahwa Allah telah memberikan Putra-Nya demi kita dan memberi kita kepastian kemenangan sehingga hal itu sungguh benar: Allah adalah kasih! ..... Iman, yang melihat kasih Allah dinyatakan dalam hati Yesus yang tertikam di kayu Salib, menimbulkan kasih. Kasih adalah cahaya -, dan pada akhirnya, satu-satunya cahaya - yang dapat selalu menerangi dunia yang meredup dan memberi kita kegigihan yang diperlukan untuk tetap hidup dan bekerja" (Deus Caritas Est, 39). Semua ini membantu kita untuk memahami bahwa tanda dasariah yang membedakan orang-orang Kristiani adalah justru "kasih yang didasarkan pada dan dibentuk oleh iman" (Deus Caritas Est, 7).

2. Amal sebagai kehidupan dalam iman
Seluruh kehidupan Kristiani adalah tanggapan terhadap kasih Allah. Tanggapan pertama justru adalah iman sebagai penerimaan, yang dipenuhi dengan takjub dan syukur, akan prakarsa ilahi yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mendahului kita dan mengetengahkan kita. Dan "ya" dari iman menandai awal dari sebuah kisah persahabatan yang berseri-seri dengan Tuhan, yang memenuhi dan memberi makna penuh bagi seluruh hidup kita. Tapi itu tidak mencukupi bagi Allah karena kita hanya menerima kasih-Nya yang tanpa syarat. Tidak hanya membuat Ia mengasihi kita, tetapi Ia hendak menarik kita kepada diri-Nya sendiri, untuk mengubah kita sedemikian mendalamnya sehingga membawa kita untuk berkata bersama Santo Paulus : “bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku" (bdk. Gal 2:20).

Ketika kita membuat ruang bagi kasih Allah, maka kita menjadi seperti Dia, berbagi dalam amal milik-Nya. Jika kita membuka diri terhadap kasih-Nya, kita memperbolehkan Dia untuk hidup dalam kita dan membawa kita untuk mengasihi bersama Dia, dalam Dia dan seperti Dia; hanya berlaku demikian iman kita menjadi benar-benar "bekerja oleh kasih" (Gal 5:6), hanya berlaku kemudian Dia tinggal di dalam kita (bdk. 1 Yoh 4:12).

Iman adalah memahami kebenaran dan mematuhinya (bdk. 1 Tim 2:4); amal adalah "berjalan" dalam kebenaran (bdk. Ef 4:15). Melalui iman kita masuk ke dalam persahabatan dengan Tuhan, melalui amal persahabatan ini dihidupkan dan ditumbuhkembangkan (bdk. Yoh 15:14dst). Iman menjadikan kita merangkul perintah Tuhan dan Guru kita; amal memberi kita
kebahagiaan mempraktekkannya (bdk. Yoh 13:13-17). Dalam iman kita diperanakkan sebagai anak-anak Allah (bdk. Yoh 1:12dst); amal menjadikan kita bertekun secara nyata dalam keputraan ilahi kita, menghasilkan buah Roh Kudus (bdk. Gal 5:22). Iman memampukan kita untuk mengenali karunia yang telah dipercayakan Allah yang baik dan murah hati kepada
kita; amal membuat mereka berbuah (bdk. Mat 25:14-30).

3. Keterkaitan yang tak terpisahkan dari iman dan amal
Dalam terang di atas, jelaslah bahwa kita tidak pernah bisa memisahkan, apalagi dengan sendirinya mempertentangkan, iman dan amal. Kedua keutamaan teologis ini terkait erat, dan adalah menyesatkan untuk menempatkan perlawanan atau "dialektika" di antara mereka. Di satu sisi, akan terlalu sepihak untuk menempatkan penekanan kuat pada prioritas dan ketegasan iman serta merendahkan dan hampir-hampir meremehkan karya amal nyata, mengecilkan karya itu ke paham kemanusiaan yang samar-samar.

Di sisi lain, meskipun, sama-sama tidak membantu untuk melebih-lebihkan keunggulan amal dan kegiatan yang dihasilkannya, seakan-akan karya bisa mengambil tempat iman. Bagi kehidupan rohani yang sehat, perlu untuk menghindari baik fideisme maupun aktivisme moral.

Kehidupan Kristiani mencakup secara terus-menerus pendakian gunung untuk berjumpa Allah dan kemudian turun kembali, memberikan kasih dan kekuatan yang diambil dari-Nya, agar supaya melayani saudara dan saudari kita dengan kasih Allah sendiri. Dalam Kitab Suci, kita melihat bagaimana semangat para Rasul untuk mewartakan Injil dan membangkitkan iman orang-orang terkait erat dengan kepedulian mereka yang bersifat amal untuk pelayanan kepada kaum miskin (bdk. Kis 6:1-4). 

Dalam Gereja, kontemplasi dan aksi, yang dilambangkan dalam beberapa cara oleh tokoh Injil, Maria dan Marta, harus saling berdampingan dan saling melengkapi (bdk. Luk 10:38-42). Hubungan dengan Allah harus selalu menjadi prioritas, dan setiap pembagian harta benda, dalam semangat Injil, harus berakar dalam iman (bdk. Audiensi Umum, 25 April 2012). Kadang-kadang kita cenderung, pada kenyataannya, mengecilkan istilah "amal" untuk solidaritas atau bantuan kemanusiaan belaka. Namun, penting diingat bahwa karya terbesar dari amal adalah evangelisasi, yang adalah "pemerintahan sabda". Tidak ada tindakan yang lebih bermanfaat - dan karena itu lebih beramal - terhadap salah seorang dari sesama daripada memecahkan roti sabda Allah, berbagi bersama Dia Kabar Baik akan Injil, memperkenalkan Dia kepada hubungan dengan Allah: evangelisasi adalah yang promosi tertinggi dan paling menyeluruh dari pribadi manusia. Sebagai hamba Allah Paus Paulus
VI menulis dalam Ensiklik Populorum Progressio, pernyataan akan Kristus adalah penyumbang pertama dan utama bagi pembangunan (bdk. no. 16). Ini adalah kebenaran primordial kasih Allah bagi kita, yang hidup dan dinyatakan, yang membuka hidup kita untuk menerima kasih ini dan memungkinkan pengembangan menyeluruh dari kemanusiaan dan dari setiap orang (bdk. Caritas in Veritate, 8).

Pada dasarnya, segala sesuatu berasal dari Kasih dan cenderung menuju Kasih. Kasih Allah yang tanpa syarat dibuat kenal kepada kita melalui pewartaan Injil. Jika kita menyambutnya dengan iman, kita menerima kontak pertama dan sangat diperlukan dengan Yang Ilahi, mampu membuat kita "jatuh cinta dengan Kasih", dan kemudian kita tinggal di dalam Kasih ini, kita tumbuh di dalamnya dan kita dengan sukacita mengkomunikasikannya kepada orang lain.

Mengenai hubungan antara iman dan karya amal, ada bagian dalam Surat Efesus yang mungkin menyajikan catatan terbaik keterkaitan antara keduanya : "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya" (2:8-10). Dapat dilihat di sini bahwa prakarsa penebusan seluruhnya berasal dari Allah, dari kasih karunia-Nya, dari pengampunan-Nya yang diterima dalam iman; tetapi prakarsa ini, jauh dari pembatasan kebebasan kita dan tanggung jawab kita, sebenarnya adalah apa yang membuat mereka otentik dan mengarahkan mereka menuju karya amal. Ini terutama bukan hasil dari usaha manusia, yang di dalamnya mengandung kebanggaan, tetapi karya amal tersebut lahir dari iman dan karya amal itu mengalir dari kasih karunia yang diberikan Allah dalam kelimpahan. Iman tanpa perbuatan adalah seperti pohon tanpa buah: dua keutamaan saling memaknai. Masa Prapaskah mengundang kita, melalui praktek-praktek tradisional dari kehidupan Kristiani, memelihara iman kita dengan seksama dan memperbesar pendengaran akan sabda Allah serta dengan penerimaan sakramen-sakramen, dan pada saat yang sama bertumbuh dalam amal dan dalam kasih kepada Allah dan sesama, tidak sekedar melalui praktik puasa, pengampunan dosa dan derma.

4. Pengutamaan iman, keunggulan amal
Seperti setiap karunia Allah, iman dan amal memiliki asal mereka dalam tindakan Roh Kudus yang satu dan sama (bdk. 1 Kor 13), Roh dalam diri kita yang berseru "Abba, Bapa" (Gal 4:6), dan membuat kita berkata: "Yesus adalah Tuhan!" (1 Kor 12:3) dan "Maranatha!" (1 Kor 16:22, Why 22:20). Iman, sebagai karunia dan tanggapan, menjadikan kita mengetahui kebenaran Kristus sebagai Kasih yang menjelma dan disalibkan, sebagai ketaatan penuh dan sempurna pada kehendak dan rahmat ilahi yang tak terbatas terhadap sesama; iman tertanam dalam hati dan memikirkan keyakinan teguh bahwa hanya Kasih ini mampu menaklukkan kejahatan dan kematian. Iman mengajak kita untuk melihat ke masa depan dengan keutamaan harapan, dengan pengharapan yang pasti bahwa kemenangan kasih Kristus akan datang kepada penggenapannya. Untuk bagian ini, amal mengantar kita ke dalam kasih Allah yang terwujud dalam Kristus dan menggabungkan kita dalam cara yang bersifat pribadi dan nyata terhadap pemberian diri Yesus yang menyeluruh dan tanpa syarat kepada Bapa serta saudara dan saudari-Nya. Dengan memenuhi hati kita dengan kasih-Nya, Roh Kudus membuat kita mengambil bagian dalam pengabdian Yesus kepada Allah dan pengabdian persaudaraan bagi setiap orang (bdk. Rm 5:5).

Hubungan antara kedua keutamaan ini menyerupai antara dua sakramen dasariah Gereja: Baptis dan Ekaristi. Baptis (sacramentum fidei) mendahului Ekaristi (sacramentum caritatis), tetapi diarahkan kepadanya, Ekaristi menjadi kepenuhan perjalanan Kristiani. Dalam cara yang sama, iman mendahului amal, tetapi iman adalah sejati hanya jika dimahkotai oleh amal. Segala sesuatu dimulai dari penerimaan iman yang sederhana ("mengetahui bahwa manusia dikasihi oleh Allah"), tetapi harus sampai pada kebenaran amal ("mengetahui bagaimana untuk mengasihi Allah dan sesama"), yang tetap untuk selama-lamanya, sebagai pemenuhan semua keutamaan (bdk. 1 Kor 13:13).

Saudara dan saudari terkasih,
dalam Masa Prapaskah ini, ketika kita mempersiapkan diri untuk merayakan peristiwa Salib dan Kebangkitan - di dalamnya kasih Allah menebus dunia dan menyorotkan cahayanya di atas sejarah - Saya mengungkapkan kehendak saya sehingga Anda semua dapat menghabiskan waktu berharga ini menyalakan kembali iman Anda dalam Yesus Kristus, agar supaya masuk bersama Dia ke dalam kasih dinamis bagi Bapa dan bagi setiap saudara dan
saudari yang kita jumpai dalam kehidupan kita. Untuk maksud ini, saya memanjatkan doa saya kepada Allah, dan saya memohonkan berkat Tuhan atas setiap orang dan atas setiap komunitas!

Dari Vatikan, 15 Oktober 2012

BENEDIKTUS XVI

Senin, 11 Februari 2013

PAUS BENEDIKTUS XVI AKAN MENGUNDURKAN DIRI

Terhitung Kamis, 28 Pebruari 2013, Paus Benediktus XVI Pukul 20.00 Waktu Setempat (Pukul 19.00 GMT). Sebab pengundurkan diri karena kesehatan Paus. Paus Benediktus XVI merupakan Paus Gereja Katolik yang ke 265 dan jabatan ini dipangku beliau sejak tanggal 19 April 2005 menggantikan Paus Johanes Paulus II dan merupakan pemimpin Gereja Katolik terpanjang ketiga dalam sejarah Gereja.

Adapun teks lengkap pengunduran diri beliau adalah:


Saudara-saudara terkasih, Saya mengadakan pertemuan denganmu dalam konsistori ini, tidak hanya bagi tiga kanonisasi, tapi juga untuk menyampaikan keputusan yang sangat penting bagi kehidupan Gereja. Setelah berulang kali memeriksa suara hati saya dihadapan Allah, saya tiba pada kepastian bahwa kekuatan saya, dikarenakan usia lanjut, tidak lagi pantas untuk menjalankan pelayanan Petrus yang memadai. Saya sangat menyadari bahwa pelayanan ini, dikarenakan hakekat rohaninya yang bersifat spiritual, harus dijalankan tidak hanya dengan perkataan dan perbuatan, tidak kurang juga dengan doa dan penderitaan. 

Namun, di dunia sekarang, yang tunduk pada banyak perubahan yang cepat dan digoncangkan oleh pertanyaan-pertanyaan yang erat berhubungan dengan kehidupan iman, untuk memerintah bahtera St. Petrus dan menyatakan Injil, kekuatan tubuh dan pikiran saya diperlukan, kekuatan yang dalam beberapa bulan terakhir, telah sangat menurun sampai saya harus menyadari ketidakmampuan saya untuk memenuhi pelayanan yang dipercayakan kepada saya secara memadai. Untuk alasan ini, dan menyadari keseriusan tindakan ini, dengan kebebasan penuh saya menyatakan bahwa saya meninggalkan  pelayanan saya sebagai Uskup Roma, Penerus Santo Petrus, yang dipercayakan kepada saya oleh para kardinal pada 19 April 2005, mulai tanggal 28 Februari 2013, pukul 20.00, tahta Roma, tahta St. Petrus, akan kosong dan akan diadakan konklaf untuk memilih paus yang baru yang akan dipanggil oleh mereka yang berkompeten dalam hal ini.

Saudara-saudara terkasih, saya dengan sangat tulus mengucapkan terima kasih kepadamu untuk semua cinta dan pekerjaan yang dengannya kamu telah mendukung saya dalam pelayanan saya dan saya meminta maaf atas semua kelemahan saya. Dan sekarang, mari kita mempercayakan Gereja yang kudus kepada pengawasan Gembala Tertinggi Kita, Tuhan Kita Yesus Kristus, dan memohon Bunda Kudusnya, Maria, agar ia membantu Bapa Kardinal dengan kasih keibuan, dalam memilih paus yang baru. Berkaitan dengan diri saya, saya berkeinginan untuk melayani Gereja Allah yang kudus dengan sangat setia di masa depan melalui kehidupan yang didedikasikan bagi doa.

Dari Vatikan, 10 Februari 2013

Benediktus PP XVI

Sabtu, 09 Februari 2013

MISA IMLEK 2013


Merah. Demikianlah nuansa yang sangat kental dalam Perayaan Ekaristi, Minggu 10 Pebruari 2013 yang dimulai pada pukul 07.30 di Gereja Paroki Santo Fransiskus Xaverius Sadohoa Kendari. Perayaan Ekaristi yang bertepatan dengan Tahun Baru Imlek 1 Cha Gwee 2564 tersebut berlangsung semarak dengan suasana mandarin, dengan lagu berirama mandarin bahkan sebuah nyanyian rohani mandarin dibawakan dengan sangat indah. Perayaan Ekaristi dipimpin langsung oleh pastor paroki, P. Marthin Solon Pr.

Lampion, warna merah dan angpao merupakan lambang kegembiraan dan kebahagiaan. Demikian kata pembuka oleh pastor paroki, P. Marthin Solon Pr. Dalam homilinya kemudian, pastor menyatakan bahwa kreativitas adalah salah satu kelebihan manusia dan “saya percaya bahwa tradisi, tradisi apapun, merupakan ilham dari Allah untuk memuji Dia” sehingga walaupun tidak mengenal misalnya irama mandarin namun saat mendengarkan nada-nada tradisional tersebut kita tetap dapat tersentuh.

Dalam perayaan Ekaristi ini juga dilaksanakan penerimaan seorang umat untuk bergabung ke Katolik serta setelah Misa, kepada anak-anak yang hadir dalam Misa dibagikan amplop merah (angpao) yang diterima dengan sangat antusias oleh anak-anak tersebut. Setelah Misa juga dilaksanakan pembaptisan bayi. Foto-foto dapat dilihat di sini.

Jumat, 01 Februari 2013

Pesan Paus Benediktus XVI Pada Hari Orang Sakit Sedunia ke-21 Yang Akan Dirayakan Pada 11 Februari 2013


PERGILAH DAN PERBUATLAH DEMIKIAN!


1. Pada tanggal 11 Februari 2013, peringatan liturgi Bunda Kita dari Lourdes, Hari Orang Sakit Sedunia ke-21 akan sungguh-sungguh dirayakan di tempat ziarah Maria Altötting. Hari ini mewakili bagi orang sakit, bagi pekerja perawatan kesehatan, bagi orang beriman dan bagi semua orang yang berkehendak baik "suatu saat istimewa untuk berdoa, berbagi, menanjatkan penderitaan seseorang demi kebaikan Gereja, dan suatu panggilan bagi semua orang untuk mengenali dalam sosok saudara dan saudari mereka yang menderita Wajah Kudus Kristus, yang, dengan penderitaan, kematian dan kebangkitan telah menyebabkan keselamatan umat manusia" (Yohanes Paulus II, Surat untuk Lembaga Hari Orang Sakit Sedunia, 13 Mei 1992, 3). Pada kesempatan ini saya merasa sangat dekat dengan Anda, sahabat-sahabat terkasih, yang berada di pusat-pusat perawatan kesehatan atau di rumah, sedang menjalani masa pencobaan karena sakit dan penderitaan. Semoga kalian semua akan ditopang oleh kata-kata menghibur para Bapa Konsili Vatikan II: "Kamu tidak sendirian, terpisah, ditinggalkan atau tidak berguna. Kamu telah dipanggil oleh Kristus serta adalah hidup dan rupa-Nya yang jelas" (Pesan bagi Orang Miskin, Sakit dan Menderita).

2. Maka untuk menemani Anda pada peziarahan rohani yang membawa kita dari Lourdes, sebuah tempat yang melambangkan harapan dan kasih karunia, ke tempat ziarah Altötting, saya ingin menganjurkan untuk refleksi Anda keteladanan sosok Orang Samaria yang Baik (bdk. Luk 10 :25-37). Perumpamaan Injil yang diceritakan oleh Santo Lukas merupakan bagian dari serangkaian adegan dan peristiwa yang diambil dari kehidupan sehari-hari di mana Yesus membantu kita untuk memahami kasih yang mendalam dari Allah bagi setiap manusia, terutama mereka yang menderita karena sakit. Dengan kata-kata penutup perumpamaan orang Samaria yang baik, "Pergilah dan perbuatlah demikian" (Luk 10:37), Tuhan juga menunjukkan sikap yang harus dimiliki oleh murid-murid-Nya terhadap orang lain, terutama mereka yang membutuhkan. Kita perlu untuk menarik dari kasih Allah yang tak terbatas, melalui hubungan yang giat dengan Dia dalam doa, kekuatan untuk menghidupi hari demi hari dengan perhatian nyata, seperti yang dilakukan orang Samaria yang baik, bagi mereka yang menderita dalam fisik dan jiwa yang meminta bantuan kita, apakah kita mengenal mereka atau tidak dan bagaimanapun miskinnya mereka. Hal ini benar, tidak hanya bagi pekerja pastoral atau perawatan kesehatan, tetapi untuk semua orang, bahkan untuk orang sakit itu sendiri, yang bisa mengalami keadaan ini dari perspektif iman : "Bukan dengan menghindari atau menyingkir dari penderitaan kita disembuhkan, melainkan oleh kemampuan kita untuk menerimanya, menjadi dewasa melaluinya dan menemukan makna melalui persatuan dengan Kristus, yang menderita dengan kasih yang tak terbatas" (Spe Salvi, 37).

3. Berbagai Bapa Gereja melihat Yesus sendiri dalam orang Samaria yang baik, dan pada orang yang jatuh ke tangan para penyamun mereka melihat Adam, kemanusiaan kita sesungguhnya yang terluka dan bingung karena dosa (bdk Origenes, Homili tentang Injil Lukas XXXIV, 1-9; Ambrosius, Komentar tentang Injil Santo Lukas, 71-84; Agustinus, Khotbah 171). Yesus adalah Putera Allah, seseorang yang menghadirkan kasih Bapa, suatu kasih yang setia, abadi dan tanpa batas. Tetapi Yesus juga orang yang menanggalkan kesetaraan-Nya, yang mengosongkan keadaan ilahi-Nya untuk menjadi sama dengan manusia (bdk. Flp 2:6-8), mendekat pada penderitaan manusia, bahkan sampai turun ke tempat penantian, seperti yang kita lafalkan dalam Syahadat, dengan tujuan membawa harapan dan terang. Dia tidak dengan dengki menjaga kesetaraan-Nya dengan Allah (bdk. Flp 2:6) namun, memenuhi dengan kasih sayang, Ia melihat ke dalam jurang penderitaan manusia sehingga dapat mencurahkan minyak penghiburan dan anggur harapan.

4. Tahun Iman yang kita merayakan adalah kesempatan yang tepat untuk mengintensifkan pelayanan amal di komunitas Gereja kita, sehingga kita masing-masing dapat menjadi orang Samaria yang baik bagi orang lain, bagi mereka yang dekat dengan kita. Di sini saya ingin mengingat angka-angka yang tak terhitung jumlahnya dalam sejarah Gereja yang membantu orang sakit untuk menghargai nilai rohani manusia dan penderitaan mereka, sehingga mereka bisa menjadi suatu teladan dan suatu pengobar semangat. Santa Teresia dari Kanak-kanak Yesus dan Wajah Kudus, "seorang ahli dalam amoris scientia" (Novo Millennio Ineunte, 42), mampu mengalami "dalam kesatuan yang mendalam dengan Sengsara Yesus" penyakit yang membawanya "kepada kematian melalui penderitaan agung" (Wejangan pada Audiensi Umum, 6 April 2011). Venerabilis Luigi Novarese, yang masih tinggal dalam kenangan banyak orang, melalui pelayanannya menyadarkan pentingnya secara khusus berdoa untuk dan dengan orang sakit dan menderita, dan ia sering menemani mereka ke tempat ziarah Bunda Maria, terutama ke Gua Lourdes. Raoul Follereau, tergerak oleh kasih terhadap sesama, mengabdikan hidupnya untuk merawat orang-orang yang terkena penyakit Hansen, bahkan pada rentang dunia yang terjauh, mempromosikan, di antara pemrakarsa lainnya, Hari Orang Kusta Sedunia. Beata Teresa dari Kalkuta akan selalu memulai harinya dengan suatu perjumpaan dengan Yesus dalam Ekaristi dan kemudian dia akan pergi ke jalan-jalan, rosario di tangan, untuk mencari dan melayani Tuhan dalam orang sakit, terutama dalam mereka "yang tidak diinginkan, tidak dikasihi, tidak terawat". Santa Anna Schaffer dari Mindelstetten, juga mampu mempersatukan dalam cara keteladanan penderitaannya kepada bagi orang-orang Kristus: "ranjang-sakitnya menjadi sel biaranya dan penderitaannya suatu pelayanan misi. Diperkuat oleh komuni harian, ia menjadi perantara tak kenal lelah dalam doa dan suatu cermin kasih Allah bagi banyak orang yang meminta nasihatnya" (Homili Kanonisasi, 21 Oktober 2012). Dalam Injil Santa Perawan Maria berdiri sebagai salah seorang yang mengikuti Putera-Nya yang menderita bagi pengorbanan tertinggi di Golgota. Dia tidak kehilangan harapan dalam kemenangan Allah atas kejahatan, kesakitan dan kematian, dan dia memahami bagaimana untuk menerima dalam satu-satunya pelukan iman dan kasih, Putera Allah yang lahir di kandang Betlehem dan mati di Salib. Kepercayaan teguh dalam kuasa Allah diterangi oleh kebangkitan Kristus, yang menawarkan harapan bagi penderitaan dan memperbaharui kepastian akan kedekatan dan penghiburan Tuhan.

5. Akhirnya, saya ingin menawarkan sebuah kata syukur dan dorongan yang menyejukkan bagi lembaga pelayanan kesehatan Katolik dan masyarakat sipil, bagi keuskupan dan komunitas Kristiani, bagi kongregasi religius yang terlibat dalam pelayanan pastoral orang sakit, bagi perhimpunan pekerja perawatan kesehatan dan bagi relawan. Semoga semuanya menyadari lebih penuh bahwa "saat ini Gereja menghidupi segi fundamental dari misinya dalam menerima setiap manusia dengan kasih dan kemurahan hati, terutama mereka yang lemah dan sakit" (Christifideles Laici, 38).

Saya mempercayakan Hari Orang Sakit Sedunia ke-21 ini kepada perantaraan Bunda Kita Segala Rahmat, yang dihormati di Altötting, karena dia selalu dapat menyertai mereka yang menderita dalam pencarian mereka untuk penghiburan dan harapan yang teguh. Semoga ia membantu semua orang yang terlibat dalam kerasulan belas kasih, sehingga mereka dapat menjadi orang Samaria yang baik untuk saudara dan saudari mereka yang dirundung penyakit dan penderitaan. Untuk semua saya memberi dari hati yang terdalam Berkat Apostolik saya.

Dari Vatikan, 2 Januari 2013

Benediktus XVI