PESAN NATAL
BERSAMA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
(PGI) KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2011
“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan
telah melihat terang yang besar”
(Yes. 9:1a)
Saudara-saudari yang terkasih,
segenap umat Kristiani Indonesia di mana pun
berada,
Salam sejahtera dalam kasih Tuhan kita Yesus
Kristus.
Telah
tiba pula tahun ini hari Natal, perayaan kedatangan Dia, yang dahulu
sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya sebagai “seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan
untuk kita, lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan
orang: Penasihat Ajaib,
Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal,
Raja Damai”[1].
Tokoh inilah yang disebutnya juga di dalam nubuatan itu sebagai “Terang
yang besar” dan “yang dilihat oleh bangsa-bangsa yang berjalan dalam
kegelapan”[2].
Inilah Kabar Gembira tentang kedatangan Sang Juruselamat, Yesus Kristus, Tuhan
kita.
Pada
hari Natal yang pertama itu, para gembala di padang Efrata, orang-orang kecil,
sederhana dan terpinggirkan di masa itu, melihat terang besar kemuliaan Tuhan
bersinar di kegelapan malam itu[3].
Mereka menanggapi sapaan ilahi “Jangan takut” dengan saling mengajak sesama yang
dekat dan senasib dengan mereka dengan mengatakan
satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di
sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita”[4].
Para Majus yang masing-masing telah melihat terang besar di langit negara asal
mereka, telah menempuh perjalanan jauh untuk mencari dan mendapatkan Dia yang
mereka imani sebagai Raja yang baru lahir. Mereka bertemu di Yerusalem dan
mengatakan: “Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk
menyembah Dia”[5]. Sayang sekali, bahwa di samping para
gembala dan para Majus dari Timur yang tulus itu, ada pula Raja Herodes. Ia juga
mendapat tahu tentang kedatangan Yesus, bukan hanya dari para Majus, tetapi juga
dari keyakinan agamanya, tetapi ia malah merasa tersaingi dan terancam
kedudukannya. Maka dengan berpura-pura mau menyembah-Nya, ia mau mencari-Nya
juga dengan maksud untuk membunuh-Nya. Ketika niat jahatnya ini gagal, ia malah
melakukan keja hatan lain dengan membunuh anak-anak tak
bersalah dari
Bethehem[6].
Kepada
kitapun, yang hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia dan merayakan Natal
pada tahun 2011 ini, telah disampaikan Kabar Gembira tentang kedatangan Tuhan
kita Yesus Kristus, yang adalah “Firman, yang di dalamnya ada hidup dan hidup
itu adalah terang bagi manusia”[7].
Memang, yang kita rayakan pada hari Natal itu adalah:
“Terang yang sesungguhnya yang sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di
dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya”[8]. Tetapi
sayangnya
ialah bahwa, “dunia
tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang
kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya”[9]. Dan
kita tidak bisa,
bahkan tidak boleh, menutup mata untuk
itu. Kita juga menyaksikan, bahwa
bangsa kita masih mengalami berbagai persoalan. Kemiskinan sebagai akibat
ketidakadilan masih menjadi persoalan sebahagian besar bangsa kita, yang
mengakibatkan masih
sulitnya menanggulangi biaya-biaya bahkan
kebutuhan pokok hidup, apalagi untuk pendidikan dan kesehatan. Kekerasan masih merupakan bahasa yang
digemari guna menyelesaikan masalah relasi antar-manusia. Kecenderungan
penyeragaman, ketimbang keanekaragaman masih merupakan pengalaman kita.
Akibatnya, kerukunan hidup, termasuk kerukunan antar-umat beragama, tetap
masih
menjadi barang mahal. Korupsi, bukannya dihapuskan, tetapi malah
makin beranak-pinak dan merasuki segala aras kehidupan bangsa
kita
bahkan secara membudaya.
Penegakan hukum yang berkeadilan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia
masih merupakan pergumulan dan
harus tetap kita
perjuangkan.
Pencemaran dan perusakan lingkungan yang menyebabkan bencana alam, seperti
yang belum
pernah terjadi sebelumnya,
tetap mencemaskan kita. Mereka yang diberi amanat
dan kekuasaan untuk memimpin bangsa kita ini dengan benar dan
membawanya
kepada kesejahteraan yang adil
dan merata, malah
cenderung melupakan tugas-tugasnya itu.
Oleh
karena itu, saudara-saudari yang terkasih, dalam
pesan Natal bersama kami tahun ini, kami
hendak menggarisbawahi semangat kedatangan Kristus tersebut dengan bersaksi dan beraksi,
bukan hanya untuk perayaan Natal kali ini saja, tetapi hendaknya juga menjadi
semangat hidup kita semua:
·
Sederhana
dan bersahaja: Yesus telah lahir di kandang hewan, bukan hanya karena “tidak ada
tempat bagi mereka di rumah penginapan”[10],
tetapi justru karena Dia yang “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap
kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan
telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan
menjadi sama dengan manusia”[11].
·
Rajin
dan giat: seperti para gembala yang setelah diberitahu tentang kelahiran Yesus
dan tanda-tandanya, lalu
“cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria, Yusuf dan bayi itu”[12].
·
Tanpa
membeda-bedakan secara eksklusif: sebagaimana semangat kanak-kanak Yesus yang
menerima para Majus dari Timur seperti adanya, apapun warna kulit mereka dan
apapun yang menjadi persembahan mereka masing-masing[13].
·
Tidak
juga bersifat dan bersikap mengkotak-kotakkan, karena Yesus sendiri mengajarkan
bahwa “barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu"[14].
Saudara-saudari
yang terkasih,
Tuhan
Yesus, yang kedatangan-Nya sudah dinubuatkan oleh Nabi Yesaya hampir delapan
ratus tahun sebelum kelahiran-Nya, disebut sebagai “terang besar” yang “dilihat
oleh bangsa-bangsa yang berjalan di dalam kegelapan”[15].
Nubuat itu direalisasikan-Nya sendiri
dengan
bersabda: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan
berjalan dalam kegelapan, me-lainkan ia akan mempunyai terang hidup”[16].
Di samping penegasan tentang diri-Nya sendiri itu, barangkali baik juga kita
senantiasa mengingat apa yang ditegaskannya tentang kita para pengikut-Nya:
"Hanya sedikit waktu lagi terang ada di antara kamu. Selama terang
itu ada padamu, percayalah kepa-danya, supaya kegelapan jangan menguasai kamu; barangsiapa berjalan
dalam kegelapan, ia tidak tahu ke mana ia pergi”[17].
Akhirnya marilah kita menyambut kedatangan-Nya dengan sederhana dan
tidak mencolok karena kita tidak boleh melupakan, bahwa sebagian besar bangsa
kita masih dalam kemiskinan yang ekstrim. Dengan
demikian semoga terjadilah kini seperti yang terjadi pada Natal yang
pertama:
”Kemuliaan
bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara
manusia yang berkenan kepada-Nya”[18].
SELAMAT NATAL 2011
DAN
TAHUN BARU 2012
Jakarta, 17 November 2011
Atas nama
PERSEKUTUAN
GEREJA-GEREJA
DI INDONESIA (PGI),
|
KONFERENSI
WALIGEREJA
INDONESIA
(KWI),
|
Pdt. Dr. A.A. Yewangoe
Ketua Umum
|
Mgr. Martinus D. Situmorang,
OFMCap.
Ketua
|
Pdt. Gomar Gultom, M.Th.
Sekretaris Umum
|
Mgr. Johannes
Pujasumarta
Sekretaris Jendral
|
[1] Yes.
9:5.
[2] Bdk. Yes.
9:1a.
[3] Bdk. Luk.
2:8-9.
[4] Ibid. ay
15.
[5] Mat.
2:2.
[6] Lih. Mat.
2: 8, 10-12.
[7] Bdk. Yoh.
1:1-4.
[8] Bdk.Yoh.1:9
[9] Ibid
ay.1:10-11
[10] Bdk.Ibid.ay.1:10-11
[11] Flp.
2:5-7.
[12] Luk.
2:16.
[13] Lih.
Mat. 2:11
[14] Luk.
9:50.
[15] Bdk Yes.
9:1a.
[16] Yoh. 8:12.
[17] Yoh.
12:35.
[18]Luk. 2:14.
__._,_.___