Didirikan
pada tanggal 4 April 1969. Tujuannya untuk membantu pelayanan kesehatan di
Rumah sakit yang dikelola oleh
Keuskupan Agung
Makassar. Societas JMJ mengutus 3 orang Suster Pionir yaitu Sr. Bertranda Freliks (perawat dan pemimpin komunitas), Sr.
Christophora Rapar (perawat) dan Sr. Quiseppa Laiseno (Kerumahtanggaan dan di
paroki). Tahun pun terus berganti terjadilah rotasi suster-suster JMJ, ada yang
datang dan ada yang meninggalkan Rumah Sakit Santa Anna. Selanjutnya ada
beberapa suster JMJ yang masuk menggantikan suster yang datang di tahun
1970,antara lain : Sr.Theodora Kaunang JMJ, Sr. Beatrix Umboh JMJ, Sr. Josephin Kaparang JMJ,
Sr.Asumtiah JMJ. Periode ini berlangsung hanya sampai tahun 1977. Setelah mengadakan
perundingan dan persetujuan dengan Uskup Keuskupan Agung Makassar, para suster
ditarik kembali ke Makassar.
Pada
31 Maret 1982 Uskup Agung Ujung Pandang meminta Societas JMJ untuk kembali mengelola
Rumah sakit Santa Anna
sampai sekarang. Kini komunitas suster JMJ Kendari terdiri 5 suster: Sr.
Patricia Ngala, JMJ selaku pemimpin komunitas, Sr. Rosa Liling JMJ, Sr. Hedwiga
Rua, JMJ, Sr. Mariana Mbasal JMJ dan Sr. Giasinta Wengkang JMJ.
RUMAH
SAKIT SANTA ANNA KENDARI
Rumah
Sakit St. Anna Kendari termasuk salah satu rumah sakit umum swasta yang
dikelola oleh suster-suster JMJ. Rumah Sakit ini sebelumnya dikelola oleh
Yayasan Sentosa Ibu, milik Keuskupan Agung Makassar.
Rumah
Sakit Santa Anna Kendari, pada awalnya
hanya sebuah Balai Pengobatan dan BKIA yang dipelopori seorang misionaris CICM,
Pastor dr. Clemens Lemmens, CICM. Pastor misionaris Belgia ini semula bertugas
di daerah Muna. Dalam karyanya ia bertugas sebagai imam sekaligus memberikan
pelayanan kesehatan. Kegiatan Balai pengobatan dimulai oleh Pastor dr.
Lemmens pada tanggal 12 Agustus 1968. Ia
dibantu oleh suster Josepha Waha JMJ dan Sr. Maria Van Nazareth JMJ yang
didatangkan dari Makassar.
Pada
tahun 1969 poliklinik dan BKIA berubah status dan naik kelas menjadi rumah
sakit. Perubahan status ini diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Tenggara Eddy
Sabara. Pada tahun yang sama yakni 1969 Dr. Lemmens minta bantuan suster-suster
JMJ untuk berkarya secara menetap di RS. St. Anna, baik sebagai perawat maupun
sebagai tugas-tugas social di paroki. Pimpinan
provinsi suster JMJ menyetujui permintaan itu dengan mengutus 3 orang suster
yaitu Sr. Bertranda Freriks JMJ, Sr.
Christophora Rapar, JMJ dan Sr. Quiseppa Laiseno, JMJ.
Sejak
hadirnya suster-suster JMJ, rumah sakit ini semakin ramai dikunjungi pasien, baik yang rawat inap
maupun rawat jalan. Tahun 1973 Pastor dr. Lemmens mendapat bantuan tenaga yakni
dr. Yohn Manupasa dan sejumlah tenaga medis awam sehingga pelayanan kesehatan
RS. St. Anna semakin berkembang.
Karena
semangat kerjanya yang tinggi dan tak mengenal lelah, kesehatan Pastor
Lemmens kian menurun. Pada tanggal 11 Agustus 1974, Pastor dr. Lemmens
dipanggil Bapa di Surga. Seluruh karyawan/karyawati Rumah Sakit Santa Anna
bersama umat dan masyarakat kota Kendari berduka cita serta merasa sangat
kehilangan. Karena begitu dekatnya dengan umat dan masyarakat kota kendari,
Rumah Sakit Santa Anna sering
disebut Rumah sakit ‘dokter Lemmens’. Sebagai penggantinya, diangkat dr. Yohn
Manupasa sebagai direktur rumah sakit sampai tahun 1976. Kemudian direktur RS.
St. Anna diganti oleh dr. Robby Waelan.
Pada
tahun 1977 setelah mengadakan
perundingan dan persetujuan Uskup
Agung Makassar, Mgr. Dr.
Th. Lumanauw, Provincial JMJ menarik suster-suster dari Kendari. Sejak saat itu
suster-suster JMJ sementara tidak berkarya di kendari.
Namun, pada tanggal
31 Mei 1982 Uskup Agung Makassar meminta kepada Provinsial agar suster-suster
JMJ untuk kembali bekerja di RS Kendari.
Provincial JMJ menyetujui permintaan Bapak Uskup. Sejak saat itu, Rumah Sakit yang dikelola oleh
Yayasan Sentosa Ibu milik Keuskupan Agung Makassar dialihkan ke
Yayasan Joseph, milik kongregasi JMJ. Dengan direkturnya dr. Yohanes Tendean, sampai
tahun 1999.
Selanjutnya di
tahun 1999 terjadi serah terima jabatan Direktur baru dari direktur sebelumnya
dokter Yohanes Tendean ke direktur yang baru Letkol CKM (Purn) dokter Aloysius Unggul Pribadi. Pada masa kepemimpinan dokter AL Unggul Pribadi, status pengelolaan Rumah
Sakit Santa Anna diserahkan dari Yayasan Joseph ke Yayasan Ratna Miriam.
Fasilitasnya pun
semakin dibenahi seperti pembangunan Ruang ICU, Beliau menjabat sebagai Direktur
RS Santa Anna hingga tahun 2011.
Setelah dr. Aloysius Pribadi, kepemimpinan di
Rumah Sakit Santa Anna diserahkan ke dokter Mario Polo Widjaya,M.Kes,Sp.OT, dan status
pengelolaan Rumah Sakit ini pun beralih ke PT. Citra Ratna Nirmala.
Dalam mengemban tugasnya sebagai direktur, beliau banyak membenahi Rumah
Sakit ini, Merenovasi UGD, Laboratorium, pengadaan peralatan poliklinik gigi,
dsb-nya.
Dokter Mario Polo Widjaya,M.Kes,Sp.OT memimpin Rumah Sakit Santa Anna dari tahun
2011 sampai saat ini.
Seiring
berjalannya waktu dan tuntutan jaman yang makin kompleks serta kesadaran
masyarakat akan pentingnya kesehatan, Rumah Sakit Santa Anna dalam pelayanannya
senantiasa menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Ini
juga yang merupakan spiritualitas suster-suster JMJ “kesiap-siagaan apostolik
yang senantiasa dapat menyesuaikan diri”. maka dari itu Pimpinan kongregasi JMJ
saat ini melengkapi tenaga suster untuk tenaga keperawatan (Sr. Patricia Ngala
JMJ, administrasi (Sr. Rosa Liling, JMJ),
gizi (Sr. Hedwiga Rua, JMJ), laboratorium (Sr. Giasinta Wengkang, JMJ)
dan farmasi (Sr. Mariana Mbasal, JMJ).
Rumah
sakit ini juga telah memiliki beberapa dokter spesialis ; Spesialis jantung, spesialis
interna, spesialis tulang, spesialis
anak, spesialis kandungan dll
serta sudah membuka pelayanan bagi pasien hemodialisa / cuci darah. Pada
tahun 2015 rumah sakit ini telah lulus akreditasi dari tim Komisi Akreditasi
Rumah Sakit (KARS) Nasional.
Oleh
Sr. Mariana Mbasal, JMJ
Disadurkan dari dok.
Soc. JMJ
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus